Ada Yang Lagi Sedang ‘Galau’? Ini Ubat Dan Penawarnya.

Ubat Galau

Seseorang bertanya kepada syaikh Ali Jum’ah:

“Saya mencintai seseorang perempuan, tapi ia sudah menikah. Saya memendam perasaan ini dalam jiwa dan saya tidak akan menampakkan hal tersebut selama hidup saya. Perasaan ini tidak boleh hilang dari hati saya, meski saya berusaha sekuat mungkin. Apakah saya berdo’sa?”

Syaikh Ali Jumah menjawab sembari tersenyum sedikit tertawa;

“Selama kamu masih memendamnya, kamu tidak berdo’sa. Sebab terkait keadaan hati, kamu tidak dikenai taklif. Allah سبحانه و تعالى berfirman:

والكاظمين الغيظ
(orang-orang yang menahan amarah).

Amarah ada? Ada. Tapi tugas kamu menahan (bukan membuatnya tidak ada).”

“Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda:

من عشق فعف فكتم فمات مات شهيدا

(orang yang jatuh cinta kepada seseorang, kemudian ia menjaganya dan memendamnya (karena khawatir jika tidak dipendam akan menimbulkan mudarat dan do’sa), maka ia ma’ti sya’hid.”

Mengapa sya’hid? Syaikh Ali melanjutkan jawabanya.

“Karena ia mening’gal dalam redha Allah بحانه و تعالى. Karena ia tidak mengumbar perasaannya, tidak membuat mudarat, juga melakukan Takhbib.

Apa itu ‘Takhbib’?

Takhbib dalam fikih adalah melakukan perbuatan yang menghancurkan hubungan suami-istri demi mendapat sosok yang disukainya. Takhbib dari kata خب. Artinya pengkhia’nat, tukang makar, peru’sak. Sayyidina Umar رضي الله عنه mengatakan: لست بالخب والخب لا يخدعني (saya bukan seorang yang makar, tapi saya memahami orang makar. Takhbib yaitu meru’sak hubungan orang lain dengan bertujuan untuk mendapatkan sosok yang ia sukai.”

“Akan tetapi, sang penanya ini tidak berniat melakukan takhbib. Apa perasaan jiwa itu menimbulkan do’sa?

Tidak! Jika dia tetap memendamnya. Bilakah ia berdo’sa? Ketika ia mengungkapkan secara terang-terangan dan akan lebih berdo’sa jika melakukan Takhbib. Hal itu (mengungkapkan secara terang-terangan dan melakukan takhbib) yang dilarang oleh Agama.”

Qultu: Kalimat خب, baru-baru ini saya temukan dalam syair Abu Thayyib Ahmad al-Mutanabbi:

ولما صـار حـــب اناس خبًّا
جزيت على ابتسام بابتسام

Manakala cinta manusia berubah menjadi pengkhia’natan. Aku balas senyuman (yang berisi pengkhia’natan) dengan senyuman yang sama pula.

وصرت أشك فيمن أصطفيه
لعلـــمي أنـــه بــعــض الأنامِ

Dan aku tiba-tiba meragukan orang-orang yang kupercaya. Karena aku mengetahui mereka sebagian dari manusia (yang mampu berkhia’nat).

Syaikh Ali mengakhiri jawabannya kepada pemuda itu dengan sebuah nasehat.

“Terus, apa solusinya kira-kira jika demikian? Teruslah memperbanyak membaca shalawat kepada baginda Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم. Paling kurang seribu kali dalam sehari. Berselawatlah sebanyak kegalauan yang ada dalam jiwamu. Baca Dalalil Khairat, Saadat Darain, dan yang terpenting perbanyak selawat kepada Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم. Selawat itu akan menghilangkan segala kegundahanmu.”

Tharfah Ibnu Abd, penyair jahiliyah yang syairnya pernah dilantunkan oleh baginda nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم yaitu:

ستبدي لك الأيام ما كنت جاهلا إلخ.

dalam salah satu qasidahnya pernah mengatakan;

لعمري لموتٌ لا عقوبة بعده
لذي البث أشفى من هوى لا يزايله

“Sungguh kema’tian yang tidak berujung kepada penyik’saan (lantaran do’sa yang diperbuat), bagi orang yang gundah gulana lebih menyembuhkan dibandingkan cinta yang tidak mampu ia pendam (karena cinta adalah penya’kit).

Syaikh al-Syahid Muhammad Said Ramadhan al-Buthi al-Azhari mengatakan:

ليس في الكون عذاب يتمتع بالعذوبة إلا عذاب الحب، هو الذي يجمع بين العذوبة والعذاب، وما أهنأ هذا الحب عندما يكون لرسولنا محمد صلى الله عليه وآله وسلم.

Dalam alam semesta, tak ada sebuah sik’saan yang dirasakan dengan nikmat kecuali sik’saan sebuah cinta. Cintalah yang mengandengkan tangan antara sik’sa dan kenikmatan. O, alangkah indahnya jika cinta tersebut terdapat pada kanjeng Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم.

Madinatul Buuts, 5 Juni 2020

والله أعلم بالصواب

Semoga perkongsian ini mendapat manfaat kita bersama. Kongsikan kepada keluarga dan sahabat-sahabat anda !

عَنْ أَبِي مَسْعُودٍ عُقْبَةَ بْنِ عَمْرٍو الْأَنْصَارِيِّ البَدْرِيِّ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ.

صحيح مسلم ، كتاب الإمارة ، باب فضل إعانة الغازي في سبيل الله بمركوب وغيره، وخلافته في أهله بخير ، حديث رقم 1893

Daripada Abu Mas’ud ‘Uqbah bin Amriy Al-Anshori Al-Badriy رضي الله عنه, beliau berkata : Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda: “Sesiapa yang dapat menunjukkan suatu kebaikan (kemudian diikuti dan dilakukan kebaikan tersebut oleh seseorang yang lain) maka dia akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya.” (Hadith riwayat Muslim, No.Hadith : 1893)

Like dan Follow kami di @genganakmuda dan @viralmalaysiaku

Sumber : Hilma Rosyida Ahmad
Oleh : Viral Malaysia Ku

Related articles